Kamis, 28 Januari 2010

Keutmaan Dzikir kepada Allah Swt

ABUL LAITS meriwayatkan dengan sanadnya dari Syahr bin Hausyab berkata: Luqman Al-Hakiem berkata kepada puteranya: Anakku bila kamu melihat kaum yang sedang berzikir kepada Allah, maka duduklah bersama mereka, sebab bila kamu seorang pandai maka bergunalah ilmumu dan bila kamu bodoh akan mendapat pelajaran dari mereka dan kemungkinan Allah melihat mereka dengan pandangan rahmat-Nya, maka kamu mendapat bagian daripadanya. Dan bila kamu melihat kaum yang tidak berzikir maka jangan duduk bersama mereka, sebab bila kamu seorang alim maka tidak berguna ilmumu dan bila kamu bodoh niscaya akan bertambah sesat dan mungkin Allah melihat mereka dengan murka-Nya, sehingga kamu terkena juga murka Allah SWT.

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra berkata: dari Abu Saied Al-Khudri ra berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya ada malaikat yang berkeliling di bumi, maka bila bertemu dengan kaum yang berzikir segera mereka berseru: marilah, ini tujuanmu maka duduklah mereka mengerumuni majelis itu. Kemudian jika naik ke langit ditanya oleh Allah: kamu tinggalkan hamba-Ku berbuat apa? Padahal Allah lebih mengetahui keadaan mereka. Jawab mereka: Kami tinggalkan mereka bertahmid, bertasbih dan zikir kepada-Mu. Lalu ditanya: apakah yang mereka minta? Jawab mereka: surga. Ditanya: apakah mereka telah melihatnya? Jawabnya: belum. Lalu ditanya: bagaimana andaikan mereka melihatnya? Jawab mereka: Tentu lebih semangat dan sungguh-sungguh mengharapkannya. Lalu ditanya: dan apakah mereka minta perlindungan? Jawab mereka: dari neraka. Ditanya: apakah mereka telah melihatnya? Jawabnya: tidak. Maka bagaimana andaikan mereka melihatnya? Jawab mereka: tentu lebih takut dan lari daripadanya. Maka firman Allah: hai malaikat-Ku. Aku persaksikan kepadamu bahwa Aku telah mengampunkan mereka. Maka berkata malaikat: sungguh ada di antara mereka seorang yang berdosa, dia tidak berhajat ke sana, hanya datang karena suatu kepentingan. Jawab Allah: merekalah kaum yang tidak rugi siapa yang duduk dengan mereka.

Zikir, kata penyusun buku mungil “Panduan Zikir” H Hidayatullah HT, merupakan salah satu solusi mengatasi berbagai persoalan yang kita hadapi. Sesuai firman-Nya: “Maka berzikirlah (ingatlah) kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS Al-Baqarah 152).

Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: tiada suatu kaum yang duduk di majelis zikir kepada Allah, pasti dikelilingi malaikat dan diliputi rahmat Allah dan diturunkan pada mereka ketenangan (ketentraman) dan disebut-sebut oleh Allah di depan para malaikat-Nya. (HR Muslim).

Menurut Prof Dr M Suyanto, Ketua STMIK AMIKOM Yogyakarta, orang yang beriman kepada Allah, mencintai Allah, takut kepada Allah, terpaut dengan-Nya, maka orang tersebut akan banyak mengingat Allah dalam hatinya, baik mengingat Allah dengan lisan maupun anggota badannya. Hal itu didorong rasa cinta, berharap, bersandar dan bergantung kepada Allah, mengingat Allah dengan lisan dan dengan bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, beristighfar dan berdoa.
Ibu Abbas ra dalam menafsirkan mengingat Allah, yaitu jangan lepas mengingat Allah, baik di waktu malam dan siang, di daratan atau lautan, di saat bepergian atau di rumah, dalam keadaan kaya atau miskin, waktu badan sehat atau sakit dan dalam keadaan sunyi atau banyak orang.

Orang yang mengingat Allah, jelas Suyanto, mendirikan shalat dan membayar zakat akan ditambah oleh Allah karunia dan rezekinya tanpa batas. Dengan mengingat-Nya, kita akan menjadi lebih baik. Hatinya tentram. Akan diingat Allah, disebut-Nya dan bersama Dia. Dalam hadist Qudsyi, Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya niscaya Aku juga akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu kaum niscaya Aku juga akan mengingat-Nya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiku sejengkal niscaya Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta niscaya Aku akan mendekatinya sedepa. Apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan niscaya Aku akan datang kepada-Nya berlari-lari kecil.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sebaliknya dengan lupa mengingat Allah, kita akan termasuk orang yang merugi. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Munaafiquun ayat 9: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Dialog Jumat, edisi Jumat, 12 Juni 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar